DENPASAR ● Semakin banyak masyarakat Bali yang menyatakan diri sebagai Pejuang Lingkungan Kawasan Suci dan Pencinta Mangrove dalam kepentingan Aksi Tolak LNG Sidakarya.
Melalui pesan elektronik I Ketut Jana S.Pd.H selaku tokoh masyarakat dan mantan Kadus Banjar Sakah Kepaon Pemogan, menyatakan untuk menengok kenyataan bahwa ia sebagai masyarakat pendamping instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Denpasar Sewerage Development Project (DSDP) di Kawasan Mangrove Suwung Kepaon Banjar Sakah Pemogan.
Ia menceritakan bahwa sebelum mangrove tumbuh besar seperti sekarang adalah Tambak Udang, masyarakat secara Tradisional & sebagian tambak Udang modern.
"Oleh JICA dari Jepang kala itu di reboisasi dengan di tanam mangrove seperti sekarang ini. Tetapi pada tahun 2002 terjadi pembabatan mangrove untuk membangun IPAL DSDP kurang lebih 10 Ha, "ungkapnya melalui pesan elektronik, Senin (01/08/2022).
Ia menambahkan bahwa hal tersebut juga terjadi keberatan karena berdampingan dengan tempat Melasti Kepaon dan Pura Dalem Watugunung. Tetapi karena ada pendapat Sulinggih terkenal kala itu, menjadi tidak masalah karena Water Closet (WC) juga ada di tempat suci dengan konsep Tri Mandala.
"Akhirnya IPAL DSDP pun dengan banyak syarat bisa diterima demi menyelamatkan pariwisata Bali yang terdampak Kolera karena banyak pencemaran pantai"
Baca juga:
Atasi Antrean, Pertamina Siapkan SPBU Mobile
|
Ini bertolak belakang dengan aksi demo yang sekarang banyak terjadi dengan membawa kawasan suci dan mangrove dalam Tolak LNG Sidakarya.
"Tentu itu menjadi sebuah kebenaran, hal yang benar menjadi sebuah informasi penting bahkan sangat penting bagi kami sebagai masyarakat pendamping IPAL DSDP"
"Jika memang mangrove itu sangat penting sekali dan kesucian Pura serta tempat Melasti sebagai keharusan dijaga terkait Kawasan Suci, dan jika kita tidak berjuang seperti pernyataan Bendesa Adat Intaran, maka tentu IPAL DSDP mesti di pindahkan dari kawasan suci tempat Melasti Desa Adat Kepaon"
"Kami tidak mau berdosa jika membiarkan Limbah WC, Softex, Kondom dan lainnya mengalir ke Kawasan suci tempat Melasti kami, "Ujar I Ketut Jana dalam pesannya.
Ia juga panjang lebar menjelaskan sindirannya bahwa kesucian mesti dijaga secara adil agar seluruh warga atau dirinya tidak berdosa seperti ucapan Bendesa Adat Intaran dalam sebuah media online.
Kutipan pernyataan Bendesa Adat (klik untuk link)
"Kesucian kami juga mesti dijaga agar kami tidak berdosa seperti ucapan Bendesa Adat Intaran, apalagi Limbah WC dari komplek esek-esek (pelacuran) dan Bungalow prostitusi banyak menjadi Pelanggan IPAL DSDP"
Tentu itu membuatnya gusar, dalam pesannya juga mengatakan jelas itu juga merupakan salah satu kotoran manusia yang merusak kesucian, dikirimnya menggunakan huruf kapital untuk mempertegas.
Kemudian ia kembali mengutarakan isi hatinya bahwa dulu kawasan hutan mangrove Suwung yang dibabat saat pembangunan, itu juga dikatakannya bahwa limbah kotoran WC yang mengalir ke wilayahnya juga berasal dari wilayah lain. Juga keberadaan bemo corner di kawasan wisata di monopoli Desa Adat setempat.
"Kami juga dulu diusir sebagai bemo corner, tentu keadilan itu tidak bisa hanya dinilai dari penghasil dollar semata. Tapi limbah dan sampah yang dihasilkan yang mengotori lingkungan desa lain juga harus menjadi catatan"
"Lihat saja TPA Suwung yang sering baunya sampai ke wilayah kami tercium, lalu apa mau mereka tidak buang Limbah dan Sampah ke wilayah lain. Kan dosa besar mereka buang limbah dan sampah ke Wilayah lain yang juga ada Tempat Suci di sebelah IPAL DSDP dan TPA Suwung"
"Demi keadilan ya tutup saja, kalau mau semua adil melihat secara utuh, jangan buang Limbah WC ke wilayah desa lain sehingga sebaiknya tutup atau pindahkan saja IPAL ke wilayah masing-masing" (Tim)